Pair of Vintage Old School Fru
Awas terkecoh tarif promo "GRATIS"

Perang marketing yang dipakai sebagai trik untuk menjaring konsumen sebenarnya sah-sah saja. Satu hal wajar jika tarif masih menjadi andalan operator merangkul konsumen. Tapi, perang marketing yang terjadi dalam industri telekomunikasi masih saja terkesan kurang edukatif dan belum transparan.

Penurunan tarif yang digalang operator seluler memang menggembirakan meski 'umumnya' terbalut dalam balutan promosi. Pun ada aroma tak sedap yang mengiringinya lantaran perang marketing serta trik promosi yang dilakukan tak mendidik.

Seperti biasa, fenomena perhitungan dan permainan angka selalu menjadi selubung tarif promosi yang digelar. Nilai rupiah dalam pentarifan yang angkanya sampai di bawah satu rupiah dengan sejumlah nol yang banyak. Apakah perhitungan untuk tarif seperti itu akan benar-benar teliti sehingga beban pentarifan kita akan sama dengan hasil kalkulasinya? Entahlah.

Alhasil, konsumen pun jadi merasa terkecoh raat semua yang ditawarkan operator bersangkutan berbeda dengan harapan dan mengandung informasi menyesatkan.

Kominfo pernah merilis laporan bahwa masalah tarif promosi ini cenderung inkonsisten (ketidak sesuaian) antara tarif promosi yang ditawarkan dengan realita. Juga ada laporan bahwa masih banyak keluhan mengenai minimnya publikasi ketentuan berlaku.

Nah, begitu promo tarif 'gratis' dan murah mencuat kembali, kekuatiran akan program marketing yang menjebak pun menyeruak lagi. Juga muncul tudingan bahwa promosi tarif murah 'gratis' mulai mengarah pada predatory pricing yang masuk kategori persaingan tak sehat. Tak heran jika aksi tarif promo belakangan ini bisa menyeret operator ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Lagi-lagi posisi 'pasrah' kembali berkilah akan melakukan teguran dan tindakan tegas.


Sekedar informasi, tarif interkoneksi antar seluler lokal adalah Rp 251 per menint, Sementara itu untuk interkoneksi antar seluler interlokal adalah Rp 461 per menit. Angka ini selama ini seperti tertutupi oleh pola marketing operator yang membuat tarif promosi 'seolah-olah' sebagai tarif reguler.


Ujung-ujungnya, buat pelanggan yang tak memperhatikan hal itu maka dia bisa terkaget-kaget karena tagihan meledak atau pulsa menyusut. Semua itu gara-gara tarif promosi yang digelar sudah habis masa berlakunya tanpa sepengetahuan dia. Bukan itu saja, promo tarif murah yang digelar operator itu sendiri tersebut dikuatirkan mengganggu kualitas layanan. Seperti di ketahui selama ini, jaringan operator seringkali masih disinggahi gangguan.

Beberapa operator terlihat masih asyik menggelar promo berbau tarif gratis. Mulai dari XL dan Telkomsel yang menggelar tarif Rp 0 nya. Atau Axis yang merilis juara nelpon Rp 0 dan Mobile 8 yang mengiklan kan Gratis selamanya. Dan masih banyak lagi tentunya.

Tapi , jika di kaji lagi, ternyata hitungan promo yang jadi 'gimmick' tersebut tidak sama dengan rupiah yang kita keluarkan saat rumus-rumus di belakang dikalkulasi.

Dan, seperti biasa "Syarat dan ketentuan berlaku" adalah senjata utama yang mendukung langkah marketing itu. Lantas, sampai kapan semua ini bisa dibenahi? Hmmmmh. . Tentunya menjadi PR utama bagi operator-operator ini kalau mereka tidak ingin pelanggannya kabur.


fbshare
<< HOME


TOP-RATING
TOPfega
MobPartner
cool counter